Refleksi Fenomena Paylater: Antara Kemudahan dan Jerat Konsumerisme bagi Generasi Muda

Maraknya penggunaan layanan Paylater di kalangan generasi muda memunculkan berbagai pertanyaan mengenai dampaknya terhadap perilaku dan kesejahteraan finansial mereka. Sebagai seorang dosen Bimbingan dan Konseling, saya merasa perlu mengajak mahasiswa untuk berefleksi dan berpikir kritis terhadap fenomena ini.
Paylater memang menawarkan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan dengan sistem pembayaran tunda. Namun, kemudahan ini bisa menjadi bumerang jika tidak diimbangi dengan literasi keuangan dan pengendalian diri yang memadai. Tanpa disadari, pengguna Paylater dapat terjebak dalam pola konsumsi impulsif dan gaya hidup konsumtif yang melampaui kemampuan finansial mereka. Mereka terlena dengan ilusi kemapanan dan mengikuti tren yang digaungkan di media sosial, tanpa menyadari konsekuensi jangka panjang dari kebiasaan berutang.
Perlu kita renungkan bersama, apakah penggunaan Paylater mencerminkan sikap bijaksana dalam mengelola keuangan? Ataukah justru menunjukkan perilaku konsumtif yang didasari keinginan untuk terlihat mampu, padahal belum tentu? Seringkali, kita terjebak dalam pemikiran bahwa apa yang dilakukan banyak orang pasti aman dan nyaman. Padahal, pemikiran tersebut bisa keliru. Paylater, pada dasarnya, tak berbeda dengan gaya hidup orang yang memaksakan diri terlihat mampu padahal belum tentu. Sekaya apapun, jika terbiasa menggunakan Paylater, kita terjebak dalam lingkaran hutang yang berpotensi merendahkan harga diri.
Lebih lanjut, perlu kita kritisi bahwa sistem Paylater mengandung unsur riba yang dilarang dalam ajaran agama. Hal ini tentu menimbulkan dilema moral bagi sebagian pengguna, terutama yang beragama Islam. Sebagai pendidik, saya merasa bertanggung jawab untuk mengingatkan mahasiswa akan pentingnya nilai-nilai etika dan spiritual dalam mengambil keputusan finansial.
Selain itu, isu privasi data juga menjadi perhatian penting terkait penggunaan Paylater. Persyaratan untuk memberikan foto selfie dengan KTP sebagai bagian dari proses verifikasi data berpotensi meningkatkan risiko penyalahgunaan data pribadi. Oleh karena itu, perlu kesadaran dan kehati-hatian dari pengguna untuk melindungi data pribadi mereka agar tidak disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Melalui tulisan ini, saya mengajak para mahasiswa dan generasi muda untuk lebih bijak dalam menggunakan teknologi finansial seperti Paylater. Kemudahan yang ditawarkan harus diimbangi dengan pemahaman yang mendalam tentang konsekuensi dan risikonya. Mari kita bangun generasi muda yang cerdas finansial, bertanggung jawab, dan berpegang teguh pada nilai-nilai etika serta spiritual.